Mei 21, 2009

Novel Perdana yang Mampu Mengaduk-aduk Emosi

Judul: Gardens of Water
Penulis: Alan Drew
Penerbit: Literati; Imprint Lentera Hati (Edisi Indonesia)
Tahun Terbit: 2009


Novel yang bertutur tentang kehidupan dua keluarga, Kurdi dan Amerika, serta pengorbanan dan cinta yang mengikat mereka. Dengan piawai Alan Drew menarasikan ikatan yang kuat antara ayah, anak lelaki, dan anak perempuan; ketegangan antara menghormati tradisi dan memeluk kebebasan pribadi; konflik antara kebudayaan dan keyakinan; penyesalan orang tua dan gairah anak muda--inilah topik yang tak lekang zaman. Pelbagai tema tersebut dijalin dalam sebuah cerita yang mengaduk-aduk emosi, seolah-olah tokoh-tokoh dalam cerita ini adalah sosok yang real karena begitu hidupnya alur cerita yang terbangun.

Di sebuah kota kecil di luar Istanbul, Sinan Basioğlu, seorang Muslim Kurdi yang saleh, dan istrinya, Nilüfer, tengah mempersiapkan upacara khitan anak lelakinya. Anak gadis mereka yang berusia lima belas tahun, Irem, jengkel dengan perhatian yang orang tuanya berikan terhadap adiknya, Ismail. Hanya kerudung yang menutup kepala dan berbagai aturan ketat yang justru menyembunyikannya dari para pemuda. Namun, sebelum malam perayaan khitan adiknya, Irem mulai berubah. Perubahan Irem itu kebanyakan berkaitan dengan hubungan rahasianya dengan pemuda berusia tujuh belas tahun, Dylan, yang merupakan anak lelaki guru ekspatriat Amerika.

Irem memandang Dylan sebagai gerbang menuju sebuah kehidupan baru, seseorang yang dapat membebaskannya dari batasan-batasan Islam konservatif. Namun, kehadiran pemuda itu dan kewaspadaan Sinan terhadap hubungan mereka yang mulai tumbuh, memperkuat keinginan Sinan untuk memindahkan keluarganya ke kampung halamannya yang aman, sebuah tempat di mana anak-anaknya akan terlindung dari godaan kehidupan kosmopolitan Istanbul, dan tempat di mana perang saudara telah mereda. Dia berharap dapat membesarkan anaknya dengan tradisi Kurdi.

Namun setelah gempa bumi dahsyat, keluarga Basioğlu dihadapkan pada tantangan luar biasa. Kehilangan segalanya, mereka terpaksa mengais-ngais makanan ke mana-mana demi kelangsungan hidup mereka, hidup sebagai pengungsi di negeri mereka sendiri. Kelangsungan hidup mereka pun bergantung kepada tetangga Amerika mereka, kepadanya pulalah mereka berutang budi. Ketika cinta di antara Irem dan Dylan semakin tumbuh, Sinan membuat serangkaian keputusan yang justru semakin membahayakan, yang mendorongnya kepada sebuah pengkhianatan yang akan mengubah kehidupan setiap orang selamanya.


Tentang Penulis

Lahir dan dibesarkan di California bagian selatan, Alan Drew telah menjelajahi Eropa, Asia, dan Timur Tengah. Alan Drew pernah tinggal di Northern Cheyenne Reservation, di bagian timur Montana, tempatnya menangani anak-anak yang memunyai masalah kejiwaan. Dia mengajar sastra Inggris selama tiga tahun di sebuah sekolah menengah swasta Turki di Istanbul, sejak kedatangannya tahun 1999, tepat empat hari sebelum bencana gempa dahsyat Marmara terjadi. Tahun 2004, dia menyelesaikan program masternya di bidang seni murni di Iowa Writer’s Workshop, tempatnya mendapatkan beasiswa Teaching/Writing Fellowship. Saat ini, dia tinggal bersama istri dan anak lelakinya di Cincinnati, Ohio.

1 komentar:

  1. Andien, saya pinjem gambarnya yaaa... soalnya males motret sendiri :)

    Gambarnya aku taruh di: http://smritacharita.blogspot.com/2009/11/taman-taman-air-mata.html

    Thanks

    BalasHapus